Puti Susu Tongga (SITI BADRIAH)
SITI BADRIAH
Cerita Rakyat dari daerah Koto Lariang, Lubuk Landua, Aur
Kuning, Pasaman Barat
Diceritakan kembali oleh : Muhammad Ratmil
Dahulu kala sekitar tahun 1000 M di Pasaman Barat, tepatnya di daerah Koto
Lariang, di lereng Gunung Pasaman, hiduplah seorang gadis bernama Puti Susu
Tongga. Ia tak hanya memiliki kecantikan yang mempesona, tapi juga memiliki
kesaktian luar biasa, seperti menangkap burung yang sedang terbang dan bisa
menaklukkan harimau dengan silatnya .
Negeri Koto Lariang saat itu masih belum menganut agama Islam seperti
sekarang ini. Penduduknya pada saat itu masih berbaju terbuat dari kulit
kayu. Burung kelalawar adalah
santapan sehari-hari. Akan tetapi mereka sudah yakin akan adanya Tuhan, tetapi
belum memeluk agama Islam.
Sementara itu, di daerah Rao, di balik Gunung Pasaman yang terbilang cukup jauh
dari Koto Lariang, Islam
sudah ada di sana. Konon kabarnya penyebaran islam sudah dimulai pada abat ke 7 M
melalui shabat Nabi ke daerah Barus. Islam di Rao sudah ada sebelum Samudra Pasai jadi kerajaan Islam. (ini perlu ada
pembuktian dari ahli sejarah).
Di daerah Rao ini ada seorang
Raja bernama Rajo Kuamang.
Rajo Kuamang adalah raja muda yang gagah berani. Ia adalah pemeluk Islam
yang taat. Ia menerapkan ajaran Islam di wilayah pimpinannya. Ia juga dikenal
sebagai raja yang penyayang, bahkan kepada hewan sekalipun.

Dan pada suatu ketika, Rajo Kuamang dari Rao mengejar burung balam
kesayangannya yang lepas. Ia mengejar burung itu berhari-hari. Siang malam ia
tempuh tanpa kenal lelah. Burung itu tak pernah lepas dari pandangannya. Ia
ikuti terus, tapi ia tak kunjung berhasil menangkapnya. Rajo Kuamang tak putus
asa, ia terus berusaha, berlari ke arah mana burung balam itu terbang, ia
menuruni lembah dn mendaki bukit.
Hingga pada suatu hari sampailah Rajo Kuamang tiba di Koto Lariang, Aur Kuning, Pasaman
Barat, ia mengejar burung Balam kesayangannya. Koto Lariang, negeri itu yang
belum mengenal Islam. Rajo Kuamang hampir saja terjatuh ke dalam lurh yang
cukup dalam, dibawahnya ada sungai mengalir. Dia menuruninya hati-hati dan
sampailah di tepi sungai kecil,
airnya jernih dan bersih. Tapi Burung balam itu sudah tak tampak lagi.

Tiba-tiba ia melihat bulu-bulu burung mengapung terbawa arus sungai.
Seseorang pasti sedang membersihkan bulu burung di arah hulu sungai, pikirnya.
Ia langsung teringat akan burung balamnya yang lepas tadi. Maka sungai itu
diberi nama sungia “Batang Buluan”, sekarang masyarakat sering menyebutnya batang
Buluan, sekarang disebut Batangluan.
“Jangan-jangan itu adalah bulu burung balamku yang sedang menjadi santapan
seseorang,” gumamnya.
Karena penasaran sang raja mengikuti asal bulu burung itu ke arah hulu. Tak
lama berjalan ia menemukan seorang perempuan berparas seperti bidadari.
Rambutnya terurai panjang dan indah. Perempuan cantik itu sedang memanggang
burung-burung untuk dimakan. Perempuan tersebut adalah Puti Susu Tongga.
Matanya tampak tajam dan kokoh. Seolah tak ada ketakutan apapun dalam sorot
matanya itu.
“Siapa engkau wahai, Nona?” Tanya Rajo Kuamang.
“Namaku Puti Susu Tongga,” jawabnya dengan dingin.
Puti Susu Tongga tetap asik makan daging burung panggang. Ia tak
mempedulikan Rajo Kuamang.

Melihat daging burung panggang yang dimakan Puti Susu Tongga. Rajo Kuamang
teringat burung balamnya yang lepas. Ia perhatikan ukuran daging burung itu.
Besarnya sebesar burung balam.
Rajo Kuamang marah sekali pada Puti Susu Tongga. Rajo Kuamang yakin bahwa
burung yang menjadi santapan Puti Susu Tongga adalah burung balamnya yang
sedang ia kejar-kejar. Dengan perasaan yang marah sang raja menuduh Puti Susu
Tongga Susu Tongga.
“Kau telah memakan sesuatu tanpa izin pemiliknya. Kau harus
mempertanggungjawabkan perbuatanmu,” kata Rajo Kuamang pada Puti Susu Tongga.
“mana aku tahu siapa pemilik burung ini, yang jelas burung ini aku tangkap saat
dia terbang dan aku panggang santapan tengah hari ku” jawabnya
Puti Susu Tongga hanya menangkap burung liar yang sedang terbang. Tentu
saja burung sedang terbang tak ada pemiliknya, pikir Puti Susu Tongga. Puti
Susu Tongga tak mau disalahkan begitu saja. Ia tak mau tunduk begitu saja. Ia
sama sekali tak takut dengan nada bicara Rajo Kuamang yang terdengar marah.
“Aku tidak mencuri milik siapapun. Burung ini adalah burung liar yang
sedang terbang. Bagaimana bisa kau menuduh aku mencuri punya orang lain,” jawab
Puti Susu Tongga dengan berani.
Mereka bertengkar dan tak ada yang mau mengalah.
“Untuk membuktikan bahwa yang kau bunuh itu burung balam yang kucari atau
bukan, bagaimana kalau kita adu kesaktian saja,” ujar Rajo Kuamang.
“Baiklah, aku setuju. Aku tidak takut, karena aku tidak salah,” jawab Puti
Susu Tongga.
Dalam hati Rajo Kuamang merasa kagum dengan sikap berani Puti Susu Tongga
dalam mempertahankan keyakinannya. Rajo Kuamang juga kagum dengan paras Puti
Susu Tongga yang jelita.
Untuk membuktikan siapa yang salah akhirnya mereka sepakat untuk adu
kesaktian, yaitu menanam biji labu, biji labu itu, harus sudah tumbuh besar
sebelum senja. Yang kalah harus mengaku salah dan harus mau memenuhi menerima
hukuman dari yang menang.
Dibuatlah perjanjian. Jika Rajo memang, Puti Susu Tongga harus mau menjadi
istri Rajo dan masuk Islam. Tetapi jika Puti Susu Tongga menang, Rajo harus
membangunkan sebuah rumah untuk Puti Susu Tongga beserta sepasang sapi yang
sehat dan bagus.
“Aku menantangmu untuk berlomba menanam biji labu. Biji labu ini harus
tumbuh besar sebelum senja tiba,” kata Rajo Kuamang.
“Aku juga menantangmu,” kata Puti Susu Tongga Susu.
“Jika kau kalah, kau harus bersedia masuk Islam dan menjadi istriku.”
“Jika kau yang kalah, kau harus mau membuatkan aku sebuah rumah yang besar
beserta sepasang sapi yang gemuk dan kuat,” tantang Puti Susu Tongga.

Maka mulailah mereka menanam biji labu masing-masing. Tanah digali dan Rajo
Kuamang melakukan solat untuk berdoa kepada Allah. Ia memohon Allah bersedia
memberinya rahmat dan mengabulkan keinginannya.
Sementara itu Puti Susu Tongga, membaca mantra-mantra pada biji labu yang
ia tanam.
Tak lama kemudian biji labu yang ditanam Rajo Kuamang sudah mulai tumbuh
bertunas. Labunya menjalar seperti ular. Daun-daunnya semakin besar, tumbuh
cepat semakin besar menjadi buah. Buah labu yang tampak ranum sekali.
Puti Susu Tongga Susu Tongga tampak gelisah melihat pertumbuhan buah labu
Rajo Kuamang. Ia lihat di mana buah labu yang ia tanam. Hanya ada tanah yang
diam. Tak terjadi apa-apa. Ia coba membaca mantra berkali-kali. Tapi hasilnya
tetap sama.
Matahari mulai turun. Puti Susu Tongga semakin gelisah. Tapi ia tak mau
menyerah. Ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa ia akan menang. Ia meyakinkan
diri bahwa labu itu pasti akan tumbuh sebelum senja.
Beranjak waktu, langit bercahaya jingga. Senja telah tiba, namun biji labu
yang ditanam Puti Susu Tongga tak kunjung tumbuh sedikit pun. Terungkaplah
kebenaran bahwa burung yang dimakan Puti Susu Tongga adalah burung balam Rajo
Kuamang yang lepas itu.
Dengan berjiwa besar Puti Susu Tongga pun mengaku kalah dan meminta maaf
pada Rajo Kuamang. Kemudian Puti Susu Tongga bersedia masuk islam dan dinikahi
oleh Rajo Kuamang. Sejak saat itu Puti Susu Tongga berganti nama menjadi Siti
Badriah.
Sungai tempat peristiwa tadi kemudian dikenal dengan nama Batang Biluan
yang berasal dari kata Batang Buluan, karena bulu-bulu burung yang hanyut di
sungai tersebut.
Rajo Kuamang dan Siti Badriah hidup berbahagia hingga akhir hayatnya.
Hingga kini makam Siti Badriah dijaga dan dirawat oleh keturunannya yang ke-15,
yaitu Inyiak Amban.
Masyarakat meyakini islam sudah ada di Rao, Pasaman, sebelum Samudra Pasai
menjadi kerajaan Islam. Islam masuk ke Pasaman melalui negeri Barus melalui
perdagangan. Barus dalam catatan sejarah dikenal sebagai pemasok kapur barus
untuk kerajaan Mesir Kuno. Konon di Barus ada kuburan sahabat Rasulullah sejak
tahun 700 Masehi.
Demikianlah
cerita rakyat dari Koto Lariang, Lubuak Landua, Aur Kuning Pasaman Barat yang
penulis susun dari berbagai sumber, antara nara sumbuer utama Inyiak Amban.
Bila ada terdapat perbedaan versi ini adalah cerita yang mengandung unsur fiksi,
bukan sejarah yang mutlak benar.
Dari
cerita rakyat ini dapat diperoleh pelajaran yang berharga untuk diwariskan ke
generasi muda antara lain: (1). Bahwa agama Islam itu di Pasaman sudah ada
sebelum kerajaan Pasai, pernyataan ini perlu dibuktikan oleh ahli sejarah
dengan dukungan bukti-bukti yang kuat. (2). Usaha keras untuk mencari burung
yang lepas sebagaimana dilakukan oleh Rajo Koamang itu adalah merupakan bukti
rasa tanggung jawab terhadap burung peliharaannya. (3). Nilai sportifitas waktu
adu ilmu dalam cerita ini
merukapan karakter yang perlu kita contoh.
***
Komentar
Posting Komentar